Analisis Hasil Pengukuran Stunting di Kecamatan Batang Tuaka

Indragiri Hilir - Penyebaran kasus stunting didesa di wilayah kerja Puskesmas Sungai Piring bisa dikatakan merata, dalam artian setiap desa ada kasus stunting. Tetapi sebagian besar desa di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Piring menunjukkan tren penurunan kasus stunting dari tahun 2022 hingga 2024. 

Pada tahun 2022 terdapat 38 kasus, kemudian tahun 2023 turun menjadi 26 kasus dan ditahun 2024 turun lagi menjadi 14 kasus. Beberapa desa mengalami penurunan yang signifikan, meskipun ada desa yang sempat mengalami peningkatan sebelum akhirnya menurun. 

Desa Sungai Dusun, Gemilang Jaya dan Sialang Jaya mengalami penurunan jumlah kasus stunting. Desa Sungai Luar dari 4 kasus ditahun 2022 meningkat menjadi 8 kasus ditahun 2023 lalu turun menjadi 2 kasus ditahun 2024. 

Begitu juga Desa Tasik Raya dan Desa Simpang Jaya, ditahun 2023 meningkat dan turun kasusnya pada tahun 2024.Kelurahan Sungai Piring, terdapat penurunan kasus stunting dari 8 kasus di tahun 2022 menjadi 1 kasus pada tahun 2023, tetapi kembali naik menjadi 3 kasus pada tahun 2024. 

Begitu juga desa sungai Rawa, dari 2022 dengan 6 kasus lalu turun menjadi 1 kasus ditahun 2023 dan naik lagi menjadi 3 kasus ditahun 2024. Secara umum, sebagian besar desa di wilayah kerja Puskesmas Sungai Piring menunjukkan tren penurunan kasus stunting dari tahun 2022 ke 2024.

Sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Sungai raya terjadi peningkatan dibeberapa desa, seperti di Desa Sungai Raya pada tahun 2024 ada 6 kasus yang sebelumnya Cuma 2 kasus ditahun 2023, begitu juga di Desa Junjangan dan Pasir Emas, meningkat dari tahun sebelumnya. Akan tetapi ada juga desa yang menunjukkan tren penurunan kasus stunting seperti desa tanjung Siantar dan kuala Sebatu.

Dari data menunjukkan bahwa terjadi penurunan balita stunting di Kecamatan Batang Tuaka. Berbagai upaya yang telah dilakukan di Kecamatan Batang Tuaka guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK.

Kejadian Stunting di Kecamatan Batang Tuaka sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor determinan, termasuk masih adanya balita tidak mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap, Paparan asap rokok, Kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang, stunting serta pola makan anak yang baik dan benar, pemberian MP-ASI yang tidak sesuai dan tidak mengandung protein hewani, hingga faktor lingkungan seperti akses terhadap sanitasi dan air bersih. 

Upaya perbaikan status gizi balita memerlukan pendekatan holistik, termasuk edukasi kepada orang tua, perbaikan sanitasi lingkungan tempat tinggal anak, serta peningkatan gizi dan akses kesehatan.(Adv)

Editor : Reza MF

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai*