Hasil Analisis Data Pengukuran Stunting di Kecamatan Tembilahan
- Reporter: Redaksi
- 04 Oktober 2024, 10:10:36 WIB
- Inhil
Indragiri Hilir - Prevalensi stunting di Kecamatan Tembilahan mengalami peningkatan dari 41 kasus pada tahun 2022 menjadi 89 kasus pada tahun 2023. Namun terjadi penurunan dari 89 kasus pada tahun 2023 menjadi 87 kasus pada tahun 2024.
Dari 8 Kelurahan, ada 3 kelurahan yang menunjukkan kenaikan yang konsisten dari tahun 2022 hingga tahun 2024, yaitu Kelurahan Pekan Arba, Kelurahan Tembilahan Hilir, dan Kelurahan Sungai Beringin, sedangkan kelurahan lainnya mengalami penurunan prevalensi stunting dari tahun 2023 ke 2024.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya konvergensi program/intervensi upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menrunkan prevalensi stunting di Kecamatan Tembilahan namun belum maksimal, perlunya langkah-langkah penanganan yang lebih kuat, komprehensif, dan berkelanjutan untuk menurunkan angka stunting secara lebih signifikan di tahun-tahun mendatang.
Berbagai upaya yang telah dilakukan di kecamatan Tembilahan guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi antara lain:
1. Penyuluhan, sosialisasi Asi Ekslusif, Inisiasi menyusu dini (IMD), kesehatan reproduksi, Prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas).
2. Pelaksanaan kelas ibu Hamil, Ibu Balita, Posyandu pelayanan 5 siklus hidup
3. Pemberian Tablet tambah darah pada ibu hamil dan remaja putri
4. Melakukan kunjungan rumah ibu hamil resiko tinggi dan kekurangan energi kronis (KEK) serta balita bermasalah gizi.
5. Pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal bagi ibu hamil dengan KEK dan ballita bermasalah gizi.
6. Pendampingan Asi Ekslusif
7. Melakukan inspeksi kesehatan lingkungan tempat pengolahan pangan (TPP)
8. Melaksanakan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kuaalitas air di depot air minum
9. Melakukakan Survey kualitas air minum rumah tangga
10. Melaksanakan pelayanan kesehatan calon pengantin di KUA
11. Pembinaan Kader kesehatan remaja (KRR) di sekolah
12. Pemberian Vitamin A pada Balita (6-59 bulan) di posyandu dan TK/Paud
Kecamatan Tembilahan mempunyai program inovasi dalam rangka pencegahandan penanggulangan stunting yang dilaksanakan oleh
1. Puskesmas tembilahan kota : KECAP MANIS ( kelas pelayanan calon pengantin mandiri dan harmonis ), GEMAS ( Gerakan remaja sehat)
2. Puskesmas Gajah Mada yaitu Rupiah Gizi (Rumah pemulihan gizi)
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita di Kecamatan Tembilahan adalah sebagai berikut :
1. Tidak Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap
Sebagian besar balita stunting di kecamatan Tembilahan tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap yaitu sebesar 72% (62 orang). Salah satu penyebabnya yaitu kekhawatiran orang tua terhadap efek samping imunisasi. Ketidak lengkapan imunisasi dapat menyebabkan anak lebih rentan terhadap penyakit yang bisa mempengaruhi status gizi dan pertumbuhan.
2. Terpapar Asap Rokok
Banyak balita yang terpapar asap rokok dilingkungan rumah, karena adanya perokok aktif dalam keluarga, yaitu sebesar 63,2% (55 orang). Paparan asap rokok dapat mengganggu kesehatan pernapasan dan memperburuk kondisi stunting dengan menurunkan daya tahan tubuh anak.
3. Tingkat Pendidikan orang tua balita masih rendah
Tingkat Pendidikan orang tua balita masih rendah sehingga sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman mereka tetntang pentingnya nutrisi dan pola asuh yang baik untuk mencegah stunting dan juga dapat menghambat akses terhadap informasi kesehatan yang memadai, adapun tingkat Pendidikan ayah balita sebesar 47% (41 orang) dan Ibu balita sebesar 46% (40 orang)
4. Belum Mendapat MP ASI
Banyak balita stunting belum mendapatkan MP-ASI yang sesuai standar sebesar 42,5% (37 orang). MP-ASI yang tidak memadai bisa menyebabkan kekurangan gizi yang berkontribusi pada terjadinya stunting.
5. Pemahaman Tentang Stunting yang masih kurang
Masih banyak orang tua yang tidak memahami pentingnya gizi seimbang dalam pola makan anak yang dapat memperburuk kondisi stunting, Yaitu sebesar 23% (20 orang).
6. Tidak Menapat ASI Ekslusif
Sebagian anak stunting tidak mendapatkan ASI EKsklusif, padahal ASI Eksklusif sangat penting untuk pertumbuhan optimal anak pada enam bulan pertama kehidupan. Yaitu sebesar 19.5% (17 orang)
7. Tidak Memiliki Jamban Sehat
Ada anak yang tinggal dirumah tanpa jamban sehat, yang meningkatkan resiko infeksi dan memperburuk status kesehatan serta gizi anak, sebesar 13.7% (12 0rang)
8. Akses Air Bersih yang kurang
Kurangnya akses terhadap air bersih juga menjadi salah satu faktor memperburuk status gizi kesehatan balita, meningkatkan resiko terkena penyakit yang berkaitan dengan sanitasi dan kebersihan, yaitu sebesar 13% (11 orang)
9. Penyakit Kronis
Adanya balita dengan riwayat penyakit juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi stunting, karena penyakit kronis dapat mempengaruhi penyerapan nutrisi dan pertumbuhan anak, yaitu sebesar 2.2% (2 orang).
Kejadian Stunting di Kecamatan Tembilahan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor determinan, termasuk masih adanya balita tidak mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap, Paparan asap rokok, Kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang dalam pola makan anak, pemberian MP-ASI yang tidak sesuai, hingga faktor lingkungan seperti akses terhadap sanitasi dan air bersih.
Upaya perbaikan status gizi balita memerlukan pendekatan holistik, termasuk edukasi kepada orang tua, perbaikan sanitasi lingkungan tempat tinggal anak, serta peningkatan gizi dan akses kesehatan.