Upaya PUPR Pekanbaru Dalam Pengendalian Banjir

PEKANBARU - Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru terus berupaya mengatasi permasalahan banjir yang kerap terjadi disaat musim penghujan. Melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Pekanbaru sejumlah strategi dan aksi telah dilakukan.

Kepala Dinas PUPR Kota Pekanbaru Indra Pomi Nasution mengatakan, ada beberapa upaya yang dilakukan dalam mengataasi banjir. Diantaranya, perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan.

"Kita mulai dengan pembuatan masterplan pengendalian banjir Kota Pekanbaru tahun 2020. Disini terlihat titik dan permasalahan banjir," kata Indra Pomi, Kamis (23/9).

Menurutnya, ada juga perencanaan pembuatan sumur resapan tahun 2021. Kemudian pembuatan waduk di Kecamatan Tenayan Raya. Ada juga pembangunan turap di tiga lokasi sepanjang 150 meter. Serta pembangunan drainase sepanjang 1.950 meter.

Tidak hanya pembangunan, tapi pemeliharaan juga dilakukan. Seperti pemeliharaan turap dan melakukan normalisasi drainase serta anak sungai. 

Untuk normalisasi menggunakan alat berat telah dilakukan di 44 titik dengan total panjang 42.780 meter. Lalu normalisasi dengan tenaga manusia di 81 titik dengan total panjang 582.336 meter. 

"Upaya ini telah kita lakukan untuk mengatasi permasalahan banjir di Kota Pekanbaru," terangnya.

Menurutnya, banjir sendiri disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama faktor alam (Topografis), bisa berupa banjir kiriman.

Karena sebahagian wilayah Kota Pekanbaru merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Seperti Sungai Siak yang membentang tidak jauh dari pusat kota. Kemudian ada Sungai Kampar di sudut kota. 

"Banjir terjadi pada saat intensitas hujan tinggi pada hulu sungai. Kemudian akibat Back water (aliran balik)," jelasnya.

Masuknya aliran air dari Sungai Siak ke jaringan anak-anak sungai, karena luapan sungai siak dan pengaruh pasang surut (laut) yang menyebabkan banjir pada daratan. 

Topografi kota relative rata atau landai (20-50 cm dari laut /mdpl) menyebabkan rendahnya kecepatan aliran air dari anak-anak sungai ke Sungai Siak. Akibatnya kapasitas sungai cepat terpenuhi, dampaknya sistem drainase tidak berfungsi maksimal dan menimbulkan genangan air permukaan. 

Kemudian faktor lainnya, berubahnya tutupan lahan (rusaknya catchment area) akibat pembangunan, menyebabkan berkurangnya daerah resapan air dan meningkatnya air permukaan.

Lalu perubahan kontur tanah karena adanya kegiatan penimbunan (rekayasa geoteknik), menyebabkan terganggunya aliran air alami atau hilangnya anak sungai kecil.

Pembuangan sampah di aliran sungai atau drainase yang menyebabkan tersumbatnya drainase atau sungai.

Terjadinya pendangkalan sungai karena tingginya erosi atau endapan akibat pembuangan sampah ke sungai.

Adanya aktifitas atau bangunan diatas system drainase, yang menyebakan berkurangnya kapasitas system drainase. Terakhir, menurunnya permukaan tanah karena beban bangunan atau lalu lintas.

Ditambahkan Indra, ada 18 Sub DAS di Kota Pekanbaru. Bermuara di utara Sungai Siak seperti Sungai Takuana, Umban, Meranti, Limbungan, Ukai, Lukud.

Bermuara di Selatan Sungai Siak, seperti Sungai Sibam, Air Hitam, Pembangunan, Senapelan, Sago, Limau, Sail, Tenayan, Pendanau. 

Bermuara di Selatan Sungai Siak, dan muara di Sungai Kampar, Sungai Tarai, Cipta Karya, dan Kelulut.

Dari masterplan pengendalian banjir, terdata ada 363 titik permasalahan banjir atau genangan 121 titik, dengan luas genangan mencapai 294,36 hektare.(advertorial)

Editor : Reza MF

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai*