Dewa Kipas Vs Irene: Pertarungan Level Master Pertontonkan Langkah Abal-abal

Catatan: Ramses Lumban Gaol
                Pemerhati catur lapo tuak

Selaku pencinta catur yang biasa nongkrong menonton pertandingan olah raga otak itu di lapo (warung) tuak, saya tergerak untuk mengetahui, apa sih, yang terjadi dengan Dadang Subur alias Dewa Kipas dan Grand Master Wanita (Master Internasional) Irene Kharisma Sukandar?

Selama menyaksikan permainan catur di lapo tuak, saya membagi dua kelompok permainan olah raga asal India itu.

Pertama, jenis pertandingan yang sifatnya "bersenang-senang." Pada pertandingan jenis ini, para pemain di lapo tuak tidak diikat oleh peraturan yang ketat. Bahkan, istilah "per" masih ditolerir. 

Yang dimaksud dengan "per," yakni apabila ada pecatur yang "khilaf" melangkahkan buah caturnya, masih ada kesempatan meralat "kekhilafan" itu tadi. 

Kedua, permainan yang berlangsung "serius." Untuk kategori ini, istilah "per" tidak berlaku. 

Pada pertandingan kategori "serius," atas kesepakatan bersama, ada yang diperebutkan. Bisa saja, bagi yang kalah, membayar tuak yang diminum bersama atau biaya akomodasi selama bertanding di lapo. 

Pertandingan catur memang biasa berlangsung di kampung saya, di warung yang menyuguhkan tuak minuman tradisional khas Batak itu, selain minuman lainnya seperti kopi dan minuman ringan lainnya. 

Lapo tuak, atau biasa disebut pakter tuak, tak hanya ada di daerah Tapanuli atau di kawasan Sumatera Utara (Sumut) saja, tapi juga sudah beredar di berbagai provinsi di Indonesia, termasuk di Pekanbaru, Provinsi Riau. Tempat saya kini bermukim.

*****

Irene Sukandar merupakan Putri Catur yang sudah tidak asing lagi di jagat percaturan Indonesia. Dia merupakan salah seorang grand master wanita Indonesia selain Medina Warda Aulia. Lalu, who is (siapa) Dadang Subur? 

Kemunculan nama Dadang Subur alias Dewa Kipas sempat membuat heboh jagat catur di Indonesia. Gema-nya pun terasa sampai ke komunitas catur lapo tuak. Kehebohan Nama Dewa Kipas itu juga berimbas ke tingkat internasional gegara pria berusia 60 tahun ini berhasil membabat Master Internasional Levy Rozman alias GothamChes tanpa ampun di pertandingan dunia maya. Namun oleh Gotham Chess dianggap ada kecurangan yang dilakukan Dewa Kipas. 

Lalu, kemunculan Dewa Kipas itu oleh netizen dikait-kaitkan pula dengan kata "pos ronda." Seolah-olah Dewa Kipas itu pecatur yang mewakili komunitas "pos ronda."

Mendengar kata "pos ronda," maka saya selaku peminat catur di level pakter tuak, tak salah juga mencoba mengamati pertandingan yang dimainkan oleh "pecatur pos ronda" itu saat berhadapan dengan Sang Master Internasional Irene Sukandar. Karena komunitas catur level "pakter tuak" agaknya tidak jauh-jauh amat bedanya dengan "pos ronda." 

Kehadiran Dewa Kipas bertanding secara duel meet, face to face menghadapi Irene dengan sistem pertandingan rapid chess (catur cepat) 10 menit per babak, sebelumnya memang benar-benar saya tunggu. Dalam menghadapi Sang Master Internasional, saya berharap ada langkah-langkah kejutan yang akan ditampilkan Dewa Kipas. Misalnya, langkah-langkah kombinasi.  

Yang perlu dicatat, duel meet Dewa Kipas Versus (Vs) Irene Sukandar merupakan permainan level master. Seharusnya, bukan pertandingan abal-abal. 

Heboh karena mampu menghabisi Godham Chess melalui pertandingan di dunia maya, rating Dewa Kipas memang tiba-tiba saja melonjak tajam selama satu bulan, menjadi 2311 menurut versi chess.com. 

Tapi kemenangan Dewa Kipas itu menimbulkan kontroversi. Grand Master papan atas dunia bernama Hikaru Nakamura dari Amerika Serikat melalui kanal youtube-nya menyatakan, belum pernah melihat kejadian seperti itu. Bagaimana Dewa Kipas mampu mengalahkan Gotham Chess dengan telak. Nakamura mengaku terkejut. "Itu tidak normal," katanya.

Sayangnya, elo rating 2311 yang dimiliki Dadang Subur bukan dikeluarkan FIDE.

Sebagaimana diketahui, 
Fédération Internationale des Échecs atau FIDE singkatan dari bahasa Perancis, merupakan Federasi Catur Dunia. FIDE adalah organisasi internasional yang mewadahi berbagai federasi catur nasional negara-negara di dunia. 

FIDE merupakan satu-satunya lembaga resmi di tingkat internasional yang mengeluarkan elo rating kepada para pecatur. Jika lembaga ini mengumumkan elo rating kepada seseorang dengan angka 2311, itu artinya, sudah masuk level master. 

Berdasarkan pengumuman peringkat catur dunia kategori wanita oleh FIDE pada April 2021, Irene berada pada peringkat 54 dengan elo rating 2413. Elo rating juara dunia wanita saat ini Yifan Hou (27) asal China 2658. Disusul posisi kedua ditempati Grand Master wanita pendatang baru Aleksandra Goryachkina (23) dari Rusia dengan rating 2593.

*****

Pertandingan duel meet Dewa Kipas dan Irene Sukandar dengan sistem rapid chess itu berlangsung Senin, 22 Maret 2021 sore, di studio Deddy Corbuzier, Jakarta. Duel catur yang memang diinisiasi Youtuber Deddy Corbuzier, disiarkan langsung via akun Youtube-nya. Hasilnya, Dadang dihabisi 0-3 oleh Irene.

Pada pertandingan tersebut, Dewa Kipas dikelilingi 4 master. Grand Master Susanto Megaranto dan Master Internasional Chelsie Monica Ignesias Sihite selaku komentator. Kemudian Grand Master Wanita Irene Kharisma Sukandar yang bertanding dengan Dadang dan satunya lagi Master Internasional Mentalis Deddy Corbuzier selaku penyelenggara. 

Rencananya, pertandingan berlangsung 4 babak. Namun karena Dadang kalah telak 0-3, pertandingan hanya berjalan tiga babak. Tidak dilanjutkan lagi. 

Saya mengamati (tentu saja versi level pakter tuak), dari seluruh hasil pertandingan yang ditampilkan Dadang, pecatur gaek ini sama sekali tak layak bertanding duel meet di tingkat master.

Pada setiap pertarungan, mulai dari babak pertama hingga partai ketiga, Dadang selalu menunjukkan adanya langkah blunder fatal, yang tidak sepatutnya muncul dalam pertandingan sekelas master. 

Blunder-blunder semacam yang dilakukan Dewa Kipas dalam menghadapi Irene itu hal yang biasa saya saksikan terjadi pada pertandingan-pertandingan catur di pakter tuak untuk kategori "bersenang-senang."   

Agaknya, hal yang tak lazim terjadi, jika dua master bertanding, satu di antaranya menggratiskan perwiranya bulat-bulat tanpa kompensasi apa pun seperti yang dipertontonkan Dewa Kipas pada pertandingan babak pertama. Kemudian, di partai kedua, ada menteri dan benteng digarpu oleh kuda. Lalu, pada babak ketiga, akibat "salah langkah," salah satu perwira terpaksa menjadi santapan lawan tanpa imbalan.

Memberikan perwira secara cuma-cuma, menteri dan benteng yang kena garpu kuda, serta terpaksa merelakan perwira akibat "salah langkah," mestinya tidak lagi dilakukan Dadang dalam menghadapi Irene. Inilah langkah-langkah blunder yang agaknya tidak pantas muncul pada pertarungan di level master.

Pada babak pertama, Dadang mengendalikan catur hitam. Langkah yang tak patut muncul pada pertandingan di tingkat master, itu dipertontonkan Dadang pada langkah ke-18. Tak terbayangkan bagaimana seorang, katakanlah master nasional, memberikan gajah kepada lawan secara gratis tanpa ada maksud apa pun. Pada pertandingan babak pertama di langkah ke-18, Dadang memindahkan menterinya ke petak c8 dan meninggalkan gajahnya tanpa ada pengawalan. Begitu menteri meninggalkan gajah, maka gajah putih pun langsung menyergap gajah hitam yang kesepian di petak d6. 

Dalam pertandingan se-level master, unggul satu perwira oleh salah satu pemain, sangat tidak lazim, kecuali kekalahan dari satu perwira itu tadi ada kompensasinya, misalnya berupa keunggulan posisi yang siap menggempur sekaligus merobohkan raja lawan. 

Lalu, di babak kedua, kembali Dewa Kipas menunjukkan langkah yang memalukan dilakukan dalam pertarungan tingkat master. 

Pada langkah ke-20 di babak kedua itu, pion maju ke f5. Lagi, blunder yang tidak patut. Pion maju ke f5 memang mengancam menteri dan gajah. Namun, pion putih yang maju itu tanpa pengawalan. Tujuannya pun tak jelas. Sehingga dengan mudah ditelan oleh pion e hitam. Sementara di sisi lain, kuda putih pun masih dalam keadaan terancam oleh pion hitam di lajur h5.  

Tadinya saya berpikir, Dadang Subur berani-beraninya melangkahkan pion ke  f5 ini, kemungkinan memiliki maksud tertentu. Melakukan aksi kombinasi, umpamanya. Atau, bisa jadi langkah "terselubung." Tapi, ternyata, tidak. Langkah Dadang ini tidak memiliki makna apa pun. Alias ngawur. Boleh dibilang, langkah f5 inilah sebagai awal penyebab babak belurnya pertahanan putih.

Lantas di babak ketiga, pecatur dengan elo rating 2311 versi chess.com itu juga melakukan langkah blunder yang, agaknya, tak patut muncul pada pertandingan kelas master.

Misalnya, pada langkah ke-18 menteri hitam ke f6. Ini blunder yang tak wajar terjadi di tingkat pertandingan papan atas itu. Sehingga kuda putih dengan sigap langsung melompat ke d7, menggarpu menteri dan benteng. Putih pun menang kualitas. Dadang memindahkan menteri hitamnya kembali mundur ke kotak e7. Artinya, langkah menteri hitam ke petak f6 adalah sia-sia.

Dari ketiga contoh sederhana tersebut, Dadang Subur sudah menunjukkan kepada penonton, dirinya dengan rating 2311 versi chess.com itu belumlah berkompeten bertanding duel meet menghadapi pecatur sekelas Irene, Grand Master Wanita. Irene dengan mudah, sampai tiga kali berturut-turut membabat Dewa Kipas yang acap kali menampilkan langkah abal-abal. 

Selain contoh-contoh blunder oleh Dewa Kipas seperti yang biasa terjadi pada pertandingan di lapo tuak kelompok "bersenang-senang," contoh lainnya yang patut dipertanyakan, yakni apakah Dadang Subur memahami setidaknya teknik-teknik dasar bermain catur? 

Untuk menghadapi pecatur tangguh sekelas Irene, paling tidak Dadang Subur sudah memahami teknik-teknik catur yang sangat mendasar sebelum maju. Umpamanya, selain setidak-tidaknya mengerti berbagai jenis teori pembukaan, juga sepantasnya memahami apa yang dimaksud "pengembangan buah (perwira)," penguasaan ruang, tempo dan posisi para prajurit catur. Dan yang tak kalah penting, kapan harus melakukan langkah kombinasi, yang siap menggempur pertahanan sang master. 

Dari tiga kali pertandingan, dapat dilihat bagaimana Dewa Kipas juga sering keteteran soal tempo dan pemahaman penguasaan ruang. Berkali-kali Dadang melakukan langkah mubazir.

Sekadar contoh sederhana pada babak pertama, dari segi tempo, kuda hitam Dadang Subur yang berada di petak f6 pada langkah ke-6, sampai dua kali bolak-balik ke posisi semula karena setiap kali melompat ke kotak lainnya, selalu kembali terbirit-birit pulang kampung karena diusir oleh prajurit putih. Ini menunjukkan, hitam sudah kehilangan tempo yang sangat serius.

Di kampung saya, yang lokasinya di sekitar Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Provinsi Sumut yang banyak terdapat pakter tuak, setiap orang dari rumah membawa kuda entah itu ke lapangan atau ke bukit, umpamanya, pastilah ada tujuan. Agar kudanya makan rumput, contohnya. Tidak seperti kuda Dadang Subur pada pertandingan babak pertama yang berada pada posisi di petak f6, begitu melompat ke e4, kembali lagi. Lalu pindah lagi ke h5, balik lagi. Buntut-buntutnya, kuda hitam di petak f6 hanya bisa plangak-plongok, tak tahu dengan pasti ke mana harus bergerak. Setiap kali melompat, selalu diusir. 

Selain itu, coba kita amati apa yang dilakukan Dadang dari sisi pengembangan buah pada pertandingan babak pertama tadi. Meski pertandingan sudah berlangsung 16 langkah, ternyata gajah hitam masih tertidur pulas di kandangnya, petak c8. Di langkah ke-17, sudah "siang hari," barulah gajah hitam mulai ke luar, ke petak b7. Ini menyimpang dari salah satu teknik dasar olah raga otak itu: pengembangan buah catur. 

Ada contoh langkah tak lazim lainnya yang ditampilkan Dadang, dari sisi posisi. Meski Dewa Kipas sudah kalah posisi dan kualitas satu perwira, namun dia nekat melakukan pertukaran. Misalnya, pada langkah ke-20 pada pertandingan babak pertama, Dadang memindahkan gajahnya ke petak a6, menginginkan pertukaran gajah hitam dengan gajah putih di d3, yang memang diterima Irene. Di sini, lagi-lagi langkah yang tak logis. Logikanya, hitam sudah kalah posisi dan kualitas, seyogianya menghindari pertukaran. Tapi Dadang malah menukarkan gajahnya dengan gajah putih. Langkah gajah hitam ke a6 inilah awal dari kehancuran pertahanan hitam, untuk kemudian Dewa Kipas menyerah pada langkah ke-25.

Di babak kedua, posisi catur putih Dadang berantakan sebelum dia merobohkan rajanya. Pada langkah ke-22, majunya menteri hitam Irene ke kotak g3, menyebabkan posisi putih kian terjepit. Bahkan hitam memaksa putih lagi-lagi kalah kualitas. Kuda putih di f2 dipaksa memakan kuda hitam di e4. Sebab jika ini tidak dilakukan, akan mempercepat kematian raja putih.

Lantas, bagaimana pula langkah-langkah catur yang dikendalikan Irene?

Saya kira tak perlu dibahas lebih jauh lagi. Silakan para peminat catur mengamatinya, bagaimana Irene mengkoordinir buah-buah caturnya. Yang pasti, langkah-langkah yang dilakukan Grand Mater Wanita itu akurat, terukur, memahami teknik-teknik permainan. 

Dari tiga babak itu Irene tak pernah melakukan langkah yang tak sepatutnya dilakukan oleh pecatur berpredikat master. Misalnya, membiarkan salah satu perwira dilahap lawan tanpa kompensasi apa pun.   

Jadi, dari tiga kali pertandingan yang berlangsung, Dewa Kipas sering melakukan langkah abal-abal, yang biasa di lakukan oleh pemain catur tingkat "bersenang-senang," di lapo tuak. Ini menunjukkan, dari substansi pertandingan, kehadiran Dadang agaknya terlalu "lancang" duel meet menghadapi pecatur yang berpredikat Master Internasional macam Irene.  

Namun terlepas dari itu semua, peran Deddy Corbuzier dalam menyelenggarakan pertandingan dengan memperebutkan hadiah bagi pemenang Rp200 juta dan Rp100 juta bagi yang kalah, patut diapresiasi.

Meski Deddy bukanlah "orang catur," dari sisi entertainment Deddy berhasil menyemarakkan dan memberi pencerahan kepada pecatur-pecatur Indonesia.

Apresiasi buat Deddy Corbuzier! 

Berikut notasi pertandingan tiga babak Dewa Kipas versus Irene:

I. Irene Sukandar: putih

1.   e4   c6. 
Pertahanan Caro Kanan (Caro kann defence)
2.   d4   d5
3.   e4 x d5   c6 x d5  
4.   Gd3   Kd7
5.   c3   e6
6.   Kf3   Kf6
7.   0-0   Ge7
8.   Gf4   0-0
9.   Ke5   Ke4
10. f3   K x e5
11. G x e5   Kf6
12. Mc2   h6
13. Kd2   Gd6
14. Bae1   Kh5
15. f4   b6
16. Md1   Kf6
17. Mf3   Gb7
18. f5   Mc8
19. G x d6   Be8
20. Ge5   Ga6 
21. G x f6   g x f6
22. f x e6   B x e6
23. G x a6   M x A6
24. B x e6   f x e6
25.  Hitam menyerah 1-0

II. Dadang Subur: putih

1.    d4   Kf6
Pertahanan India (Indian game)
2.    Kf3   e6
3.    e3   b6
4.    Ge2   Gb7
5.    Kd2   Ge7
6.    a3   c5
7.    c4   0-0
8.    0-0   d5
9.    Ke5   Kbd7
10.  f4   Bc8
11.  Gf3   Ke4
12.  b3   Kdf6 
13.  Gb2   K x d2
14.  M x d2   Ke4
15.  Md3   f6
16.  Kg4   Me8
17.  Bac1   Mg6
18.  h3   Bfd8
19.  Rh2   h5
20.  f5   e x f5
21.  Kf2   Gd6 +
22.  Rg1   Mg3
23.  K x e4   d x e4
24.  Md2   e x f3
25.  d5   Mh2 +
26.  Rf2   M x g2 
Putih menyerah 0-1

III. Irene: putih

1.    d4   d5
2.    Gf4                                                
Sistem London
2....    Kf6
3.    e3   e6
4.    Kd2   Kbd7
5.    Gd3   c5
6.    c3   Ge7
7.    Kf3    0-0
8.    h3   c4
9.    Gc2   b5
10.  0-0   h6
11.  e4   d x e4
12.  K x e4   Gb7
13.  K x f6 +   K x f6
14.  Be1   Gd6
15.  Ke5   Kd5
16.  Gg3   Bc8
17.  a3   a5
18.  Me2   Mf6
19.  Kd7   Me7
20.  G x d6   M x d6
21.  K x f8   B x f8
22.  Me4   g6
23.  Me5   Me7
24.  Ge4   Kb6
25.  G x b7   M x b7
26.  M x b5                   Hitam menyerah 1-0. *

Editor : Herdi Pasai

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai*