Gencarkan Srikandi Movement, PLN Peduli Berikan Pelatihan Peningkatan Keahlian Jahit

Pekanbaru – PLN UIP3B Sumatera kembali melaksanakan Srikandi Movement sebagai bagian dari program pengarusutamaan gender di lingkungan PLN. Melalui program PLN Peduli, para Srikandi PLN berikan bantuan peningkatan keahlian jahit kepada 13 orang perempuan kurang mampu di Pekanbaru pada Kamis (30/11).

General Manager PLN UIP3B Sumatera, Daniel Eliawardhana, menyatakan bahwa program ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 5 yaitu mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia dan nomor 8 yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

“Dengan Srikandi Movement ini, PLN ini meningkatkan skill perempuan khususnya di Pekanbaru, untuk dapat maju dan serta meningkatkan rasa percaya dirinya. Program ini juga sejalan dengan aspek ESG dan komitmen juga PLN untuk memberdayakan perempuan secara inklusif,” ungkap Daniel.

Perempuan berdaya merupakan salah satu jenis program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dilakukan oleh PLN. Termasuk dalam salah satu komunitas rentan bersama disabilitas dan juga kelompok adat, perempuan yang dilibatkan dalam program pemberdayaan ini diprioritaskan untuk perempuan rentan yang terdiri dari perempuan prasejahtera, perempuan kepala keluarga dan perempuan penyintas kekerasan seksual maupun kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Dalam wadah Perempuan Berdaya, PLN telah mendukung lahirnya banyak UMKM besutan kaum perempuan di seluruh Indonesia. dengan adanya pendampingan program setelah pelatihan keahlian diadakan, PLN ingin memastikan bantuan yang diberikan tidak hanya berhenti disitu saja, tetapi dapat berlanjut dan menciptakan kelompok usaha baru.

Bantuan diserahkan secara simbolis oleh Ketua Srikandi PLN UIP3B Sumatera, Yusratul Hayati, kepada perwakilan peserta. Pada kesempatan ini Yusratul juga menyampaikan kepada para peserta untuk mengikuti pelatihan secara keseluruhan agar dapat memberikan dampak yang maksimal.

“Kami berharap setelah pelatihan menjahit ini selesai nantinya, ibu-ibu telah memiliki kemampuan jahit yang mumpuni dan dapat digunakan untuk membantu perekonomian keluarga,” ucap Yusratul.

Studio Jahit Lutfiah yang bertempat di Kecamatan Tampan, Pekanbaru ini, nantinya akan mendampingi seluruh peserta selama 40 kali pertemuan dalam jangka waktu satu bulan. Setelah berakhirnya pelatihan, seluruh peserta akan diberikan mesin jahit listrik sebagai bekal modal usaha. 

Perwakilan peserta pelatihan jahit, Henny, menyampaikan rasa terima kasihnya atas bantuan yang telah diberikan. Henny juga berharap agar setelah ia menyelesaikan pelatihan jahit ini, ia dapat membuka usaha jahit yang dikerjakan dari rumah. Rata-rata perempuan peserta pelatihan jahit dari berbagai daerah di Pekanbaru ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga, dan juga ada peserta yang menerima usaha kue rumahan.

Editor : Herdi Pasai

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai*