Roemah Miso dan Mi Sagu Bengkalis Makcio Tembus Pameran Ekspor BRI

PEKANBARU- Provinsi Riau memiliki ragam budaya dan kuliner khas melayu. Kuliner  Bumi lancang kuning- julukannya, mampu menarik perhatian penikmat rasa. Salah satunya adalah Mie sagu khas Bengkalis.

Nur Fitria (42), Pemilik usaha Roemah Miso & Misagu Bengkalis yang beralamatkan di Jalan Teratai No.202a, Sukajadi, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru, tergerak untuk melestarikan makanan tradisional yang berasal dari negeri junjungan tersebut.

Ia mengatakan makanan olahan sagu merupakan contoh nyata dari kekayaan kuliner tradisional Indonesia. Dengan bahan dasar sagu yang diolah menjadi mie dengan tekstur kenyal dan rasa gurih yang khas.

"Mie sagu tidak hanya menawarkan kelezatan tetapi juga menggambarkan warisan budaya yang berharga," ujarnya kepada Resonansi.co di Pekanbaru, Rabu (9/4/2025).

Nur Fitria sebelumnya merupaka karyawan swasta pada perusahaan konsorsium yang berdomisili di Kabupaten Bengkalis. Pada tahun 2014 memutuskan resign setelah selama 14 tahun bekerja pada perusahaan tersebut. 

Pada tahun 2014, Ia memutuskan pindah ke Pekanbaru untuk mengikut suami yang pindah tugas. Nur Fitria merupakan tipe wanita pekerja, bingung dengan hari- hari hanya diisi sebagai ibu rumah tangga.  

"Nah, pada waktu itu teman menyarankan buka kedai makan dengan membawa ciri khas kedaerahan Bengkalis, dan dimulai sejak tahun 2015 dan berkembang sampai sekarang," ujar alumna Sarjana akuntasi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah Bengkalis tersebut.

Kini, Usaha Makcio Roemah Miso & Misagu Bengkalis fokus pada produksi mi sagu instan dan bumbu serbaguna. Nur Fitria mengatakan bahwa cita rasa bumbu melayu yang khas tersebut terletak pada komposisi perpaduan ikan bilis (teri), Ebi dan bumbu dapur tradisional lainnya.

"Jadi olahan bumbu ini lebih sehat disebabkan tidak ada penggunaan penyedap buatan seperti micin," ujarnya.

Untuk mi sagu, produksi banyak terdapat di berbagai penghasil tumbuhan sagu. Nur Fitria mengatakan bahwa Makcio melakukan inovasi dengan memberikan sentuhan bumbu, seperti mi instan pada umumnya.

Untuk kebutuhan mi sagu, usaha kedai Makcio langsung mengambil dari supplier yang berasal dari Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti. Kedua Kabupaten tersebut memang dikenal sebagai produsen sagu di Provinsi Riau.

"Rata- rata pemesanan mencapai 50 Kilogram perbulan, karena produksi masih skala industri rumahan," ujarnya.

Kendatipun skala rumahan, produksi bumbu serbaguna Makcio sudah mengadopsi teknologi modern. Pada area produksi terdapat beberapa mesin yang digunakan dalam produksi, seperti kuali tempat penggorengan sudah dilengkapi pemutar otomatis. Dibawah langsung terdapat kompor untuk memasak.

"Untuk packaging, Makcio sudah menerapkan sistem profesional dengan kemasan yang menarik baik dalam bentuk kaleng maupun dalam bentuk kotak mi sagu instan," ujarnya.

Dengan potensi tersebut, usaha Makcio Roemah Miso & Misagu Bengkalis berkesempatan unjuk gigi pada pameran UMKM ekspor yang diprakarsai oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI.

BRI UMKM EXPO(RT) 2025 menjadi salah satu wujud komitmen BRI dalam mendorong lebih banyak UMKM binaan BRI untuk go international. Acara tersebut berlangsung pada 30 Januari hingga 2 Februari 2025 di ICE BSD City, Jakarta. Kegiatan ini menampilkan 1000 booth UMKM, serta dihadiri oleh lebih dari 69 ribu pengunjung.

Nur Fitria mengatakan awal mula menjadi peserta BRI UMKM EXPO(RT) 2025 adalah melalui teman yang mengirimkan tautan pendaftaran. Merasa tertarik, kemudian Ia mengisi formulir. Kemudian sebanyak 7 UMKM Riau mengikuti kurasi.

Setelah mengirim beberapa sampel produk, UMKM Makcio terpilih salah satu mewakili Provinsi Riau pada bidang food and Baverage.

"Pameran ini sangat luar biasa, animo masyarakat sangat tinggi, terbukti 100 pcs Mi sagu instan, 100 pcs bumbu serbaguna dan 100 pcs sambel ludes terjual," ujarnya.

Ia mengatakan kegiatan ini Banyak calon buyer internasional yang tertarik untuk bekerjasama dengan UMKM Makcio. "Tetapi dengan keterbatasan, mereka hanya tanya sebatas kapasitas produksi saja," sebutnya.

Ia mengatakan untuk kapasitas ekpor memang diperlukan jumlah produksi yang besar. Setidaknya mampu produksi satu kontainer per bulan untuk menembus pasar manacanegara.

"Produk bumbu serbaguna dan mi sagu instant ini cukup mendapat atensi dari kalangan pengunjung lokal maupun pasar global," ujarnya.

Disamping itu, usaha Makcio kuga mendapat dukungan dalam pembiayaan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ia mengatakan pada awal berdiri, Makcio mendapatkan KUR sebesar 25 juta rupiah.

"Dari dana tersebut digunakan untuk keperluan pengembangan kedai, seperti untuk peralatan meja, bangku dan ini sangat bermanfaat bagi kami di kemudian hari," ucapnya.

Dengan label kuliner tradisional, UMKM Makcio juga sering diundang untuk melakukan pameran. Pada tahun 2022 dan 2023, Makcio dipercaya sebagai utusan Provinsi Riau untuk mengikuti Festival Kuliner Aceh.

Ia mengatakan Mi Sagu Makcio mendapat sambutan yang luar biasa. Makcio menggunakan metode edukasi dalam menunjukkan produknya.

"Kami bawa kompor dan langsung masak ditempat serta melakukan edukasi bahwa mi sagu ini adalah kuliner sehat yang bebas gluten dan penyedap buatan," ujarnya.

Disamping itu Makcio Roemah Miso dan Mi Sagu Bengkalis juga sering menjadi buah tangan bagi perusahaan BUMN, BUMD yang berada di kota pekanbaru.

"Bisanya mereka meminta Mi sagu bengkalis untuk isian hampers yang akan diberikan kepada tamu," ujarnya.

Terpisah, Regional CEO BRI Pekanbaru, Reza Syahrizal S menyebut bahwa UMKM tetap menjadi fokus pada tahun 2025. "Portofolio BRI akan lebih banyak konsen terhadap bidang mikro," ujarnya.

Ia mengatakan BRI akan terus menjalankan berbagai inisiatif yang tidak hanya berfokus pada layanan perbankan, tetapi juga mendukung pembangunan sosial dan kesejahteraan masyarakat.

"Kita membuat klaster UMKM binaan yang mana konsentrasi mengajarkan literasi masalah marketing, packaging dan manajerial supaya nasabah BRI naik kelas," pungkasnya. Herdi

Editor : Herdi Pasai
Tag : # Bank BRI



Bagikan