Jangan Risau, Pelaku Usaha di Kampar Bisa Ajukan KUR BRI

KAMPAR- Berdasarkan data PT Bank Rakyat Indonesia atau BRI, sebanyak 45 juta layanan mikro usaha belum tersentuh pembiayaan lembaga keuangan pemerintah. Sebagian besar masih tergantung dengan rentenir untuk menjalankan usaha. Dan ada juga pelaku usaha mengandalkan modal seadanya.

Perihal tersebut juga dirasakan oleh usaha mikro penjual sarapan pagi Pakcik Lim yang beralamatkan di Desa Empat Balai, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar.

Pemilik Kedai, Muslim (48) yang sehari menjual aneka sarapan pagi, seperti Lontong sayur, Nasi Lemak Malaya, Bubur Kacang dan Ketan pulut ini mengaku selama ini masih terbatas dengan modal usaha. Ia menyebut belum adanya edukasi mengenai pembiayaan usaha.

Ia mengatakan bahwa selama ini hanya mengandalkan pinjaman dari sanak keluarga. "Memang angkanya tidak besar, hanya untuk menutup kekurangan modal sehari - hari," ujarnya kepada resonansi.co, Minggu (20/4/2025).

Kini, Muslim ingin mencoba mencari pembiayaan yang berpihak kepada masyarakat kecil. Ia berencana untuk melakukan peremajaan pada peralatan meja dan kursi.

"Berdasarkan kalkulasi, peremajaan ini tidak banyak, berkisar dia angka 4- 5 juta," sebutnya.

Muslim mendapat informasi bahwa ada bank BRI meyediakan layanan pembiayaan lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Informasi tersebut Ia dapat dari teman yang se-profesi serta literasi melalui berselancar di dunia maya. Adanya simpang siur terkait syarat untuk memperoleh KUR ini.

"Mengingat usaha jalan dengan baik, maka saya berencana untuk mengajukan program KUR, tetapi saya memang minim pengetahuan akan hal tersebut," ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Pimpinan Cabang BRI Bangkinang, Adi Setia Wardhana melalui Manager Bisnis Mikro, Brando Purba mengatakan bahwa platform BRI tumbuh pada sektor mikro. Ia menyebut bahwa ekspansi KUR meningkat pra lebaran maupun pasca lebaran. 

"Mengalami trend meningkat untuk kebutuhan modal usaha," sebutnya.

Ia mengatakan bahwa KUR bertujuan pembiayan usaha yang tidak ada jaminan atau agunan. Dari itu, maka lahirlah KUR yang disubsidi oleh pemerintah

Untuk teknis dilapangan, kata Brando harus berdasarkan survei tenaga pemasaran atau analis. "Layak atau tidak peminjam ini menerima KUR, nanti akan dihitung cashflow berapa mampu bayar. Dari sana akan timbul berapa maksimal yang bisa diberikan KUR," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa jika ada nasabah yang membutuhkan plafond pinjaman diatas pinjaman KUR yang telah di analisa dan survei marketing BRI dapat dialihkan ke pinjaman umum Kupedes yang memang harus menyerahkan Agunan/Jaminan.

"Dan ini fair, sedangkan pakai agunan saja banyak kredit macet, apa lagi tanpa agunan, tentu ini akan kebablasan," tambahnya.

Untuk pelaku usaha butuh modal besar, maka BRI Cabang Bangkinang akan mengalihkan ke pinjaman umum yang memang plafon anggaran besar sampai Rp 200 juta keatas.

Kepada nasabah BRI yang membutuhkan KUR tetap dilayani berdasarkan kemampuan. Untuk range KUR dari Rp 11 juta sampai dengan Rp 100 juta.

Ia mengatakan bahwa ujung tombak BRI ada di marketing yang memang langsung bersentuhan dengan usaha masyarakat. 

"Dari situ mereka sudah bisa memverifikasi data berapa pinjaman yang layak diberikan," ujarnya.

Terkait KUR tanpa agunan sampai 100 juta, pihak BRI Cabang Bangkinang menyebut bahwa disebabkan usaha memang menjadi binaan BRI dari kecil. Usaha tersebut juga sudah mempunyai track record yang jelas, sehingga sudah ada trust dari pihak Bank.

"Adanya isu orang dalam gampang urus KUR itu tidak benar, sebab kami tetap dengan integritas dan profesional dalam setiap melakukan analisa, jangan risau dan ragu," pungkasnya. Herdi

Editor : Herdi Pasai
Tag : # Bank BRI



Bagikan