Simposium Lamun Nasional Bali, Kepri Dorong Kolaborasi Jaga Karbon Biru dan Habitat Dugong

TANJUNGPINANG, RESONANSI.CO- Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), dengan kawasan konservasi perairan yang luas dan kaya akan padang lamun, memiliki peran strategis dalam tindak lanjut hasil Simposium Lamun Indonesia (Indonesian Seagrass Symposium) 2025 yang berlangsung di Bali pada 28-30 Oktober 2025. 

Tema simposium ini "Mempercepat Ilmu Pengetahuan Lamun melalui Kolaborasi Nasional untuk Perlindungan dan Pengelolaan Lamun yang Berkelanjutan,"

Dalam hal ini menekankan urgensi menjaga ekosistem lamun sebagai kunci Ekonomi Biru (Blue Economy) Indonesia dan pelestarian satwa laut dilindungi seperti Dugong.

Lamun: Penjaga Ekologis dan Aset Ekonomi Biru Kepri
Kepri, sebagai provinsi kepulauan, memiliki potensi sumber daya laut yang masif, di mana padang lamun menjadi salah satu ekosistem pesisir yang paling vital. 

Lamun dikenal sebagai ekosistem "karbon biru" yang sangat efektif dalam menyimpan karbon dioksida, bahkan melebihi hutan tropis daratan. Hal ini menjadikan konservasi lamun di Kepri sangat penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim nasional dan global.

"Padang lamun di Kepri bukan hanya sekadar rumput laut, tapi adalah jantung ekologis yang mendukung perikanan, melindungi pantai dari erosi, dan menjadi aset utama dalam strategi Ekonomi Biru kita. Melalui Ekonomi Biru, kita ingin memastikan pemanfaatan laut berjalan lestari tanpa merusak lingkungan," ujar Sekretaris DKP Kepri, Laode M Faisal perwakilan dinas DKP Kepri, Selasa (28/10/2025).

Perlindungan Habitat Dugong: 

Indikator Kesehatan Lamun
Simposium di Bali juga menggarisbawahi keterkaitan erat antara kesehatan ekosistem lamun dengan habitat Dugong (Dugong dugon), mamalia laut herbivora yang dilindungi dan dikenal sebagai 'sapi laut'.

Di Kepri, dugong sering terlihat di perairan yang memiliki padang lamun subur, karena lamun merupakan sumber makanan utama mereka. Kerusakan lamun akibat aktivitas manusia seperti penambangan pasir, pencemaran, atau penggunaan alat tangkap yang merusak, secara langsung mengancam populasi dugong.

Kepri perlu memanfaatkan momentum simposium ini untuk memperkuat program konservasi, khususnya di kawasan konservasi perairan yang menjadi rumah bagi dugong. 

Perlindungan dugong dan habitat lamunnya dapat ditingkatkan melalui :

-Penerapan kebijakan zonasi yang ketat di kawasan konservasi.

-Edukasi masyarakat pesisir tentang peran dugong dan lamun.

-Penerapan skema pendanaan berkelanjutan untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan, seperti melalui Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Tindak Lanjut : 
Sementara tindak lanjutnya Kolaborasi Pentahelix Kunci Keberhasilan ?Hasil simposium di Bali menyerukan perlunya kolaborasi erat (pentahelix) antara akademisi, pemerintah, komunitas lokal, dunia usaha, dan media untuk menjamin keberlanjutan perlindungan lamun.

Kepri didorong untuk mengambil peran aktif dalam jaringan nasional ini, membagikan praktik terbaik pengelolaan kawasan konservasi lamun dan integrasinya dengan program peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, seperti yang dicanangkan melalui program- program lokal yang mendukung Kampung Pangan Laut berbasis sumber daya maritim berkelanjutan.

Melalui sinergi ini, Kepri dapat memosisikan diri sebagai model percontohan nasional dalam pengelolaan ekosistem lamun yang berhasil, memberikan manfaat ekologis (karbon biru, habitat dugong) dan manfaat ekonomi yang berkelanjutan sesuai dengan visi Ekonomi Biru Indonesia. (AAL)

Editor : Herdi Pasai
Tag : # kepri



Bagikan