Dari Guru Bahasa Inggris Menjadi Pengusaha Konveksi Nasional

Rumah Jahit yang Menjahit Mimpi

BENGKALIS RIAU– Di sebuah rumah sederhana di Duri, suara mesin jahit berpadu dengan tawa para penjahit perempuan. Dari balik deru benang dan kain, lahirlah kisah inspiratif seorang perempuan bernama Suci Sustari. Dahulu ia seorang guru bahasa Inggris, kini ia menjelma menjadi pengusaha konveksi berskala nasional melalui Kelompok Usaha Bersama (KUB) Rumah Jahit Lestari.  

Perjalanan Suci bukan sekadar tentang menjahit pakaian, melainkan menjahit mimpi. “Kalau rumah jahit itu serba bisa,” katanya sambil tersenyum. Filosofinya sederhana, bahwa usaha ini harus lestari—terus ada, tumbuh, dan memberi manfaat bagi banyak orang.  

Ironisnya, ketika memulai usaha, Suci sama sekali belum bisa menjahit. Namun, ia berpegang pada prinsip hidup bahwa perbedaan antara tidak bisa dan tidak mau hanyalah kemauan untuk belajar.  

“Kalau tidak mau, tidak akan pernah bisa. Tapi kalau mau, dari tidak bisa bisa menjadi bisa,” ujarnya mantap.  

Semangat itu membawanya menembus peluang besar di industri migas Riau. Perusahaan seperti PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) memiliki standar operasional yang mengharuskan pembaruan pakaian kerja setiap enam bulan. Artinya, ada permintaan berulang yang terjamin.  

“Itulah yang membuat Rumah Jahit Lestari terus berkembang,” ungkap Suci.  

Produk utama Rumah Jahit Lestari adalah coverall atau baju safety, baik model one piece maupun two pieces. Mayoritas konsumen berasal dari subkontraktor PHR, namun jangkauannya kini meluas hingga Jakarta, Jambi, Makassar, dan Kalimantan.  

Beberapa perusahaan besar, seperti PT Arjuna Petrogas Indonesia dan Bormindo Nusantara, mempercayakan suplai pakaian kerja untuk rig-rig mereka di seluruh Indonesia.  

Para Pekerja di rumah jahit lestari. (ARPRIYAL/ RESONANSI.CO)

Di industri migas, pakaian kerja bukan sekadar seragam. Ia adalah pelindung hidup. Dari percikan api, suhu ekstrem, hingga paparan bahan kimia berbahaya, coverall tahan api dengan strip reflektif 360 derajat menjadi tameng utama para pekerja.  

Dengan harga per potong Rp650 ribu hingga Rp1,2 juta, kapasitas produksi ribuan unit per bulan membuat omzet Rumah Jahit Lestari menembus ratusan juta rupiah, bahkan lebih dari Rp1 miliar pada periode tertentu. Namun bagi Suci, angka hanyalah bagian kecil dari cerita.  

Yang lebih penting, usahanya mampu menyerap banyak tenaga kerja lokal—dari pemotong kain, penjahit, hingga bagian finishing.
 
“Selama pengembangan usaha saya bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal, perusahaan siap mendukung,” katanya tentang dukungan penuh dari PHR.  

Kisah sukses ini tak lepas dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PHR. Sejak 2021, pasca alih kelola dari PT Chevron Pacific Indonesia, PHR menyalurkan lima unit mesin jahit sebagai modal awal.  

“Fokus awalnya adalah produksi pakaian keselamatan untuk kontraktor dan pekerja PHR. Bahannya harus khusus, yakni kain anti api,” jelas Priawansyah, Analyst Social Performance PHR.  

Seiring meningkatnya permintaan, PHR kembali menambah dukungan berupa mesin bordir dan pelatihan. Hasilnya, omzet usaha melonjak drastis, dari ratusan juta hingga miliaran rupiah per bulan.  

Suci Sustari, Pemilik Rumah Jahit Lestari. (ARPRIYAL/ RESONANSI.CO)

Tak hanya itu, Suci memperluas lini usaha dengan memproduksi seragam sekolah dan pakaian lain. Ia melibatkan banyak ibu rumah tangga, melatih mereka secara gratis, bahkan memfasilitasi mesin jahit di rumah masing-masing agar tetap produktif.  

“Sekarang usaha ini sudah berkembang ke Rokan Hilir, dan ke depan ditargetkan merambah Dumai. Kami berharap Bu Suci terus terbang mandiri, sementara PHR mendukung dari sisi pelatihan dan sertifikasi,” tambah Priawansyah.  

Kini, setiap helai coverall yang keluar dari Rumah Jahit Lestari bukan hanya pakaian kerja. Ia adalah simbol keberanian memulai dari nol, kemauan untuk belajar, dan kekuatan kolaborasi antara pelaku usaha lokal dengan perusahaan besar.  

Suci Sustari telah membuktikan mimpi bisa dijahit menjadi kenyataan—asal ada kemauan, peluang, dan dukungan yang tepat. (Arpriyal)

Editor : Reza MF



Bagikan